1.
Definisi
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup
di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan
kurang dari 28 minggu (IKPK dan KB, 1992).
Abortus adalah penghentian atau pengeluaran hasil konsepsi pada
kehamilan 16 minggu atau sebelum plasenta selesai terbentuk. (Mansjoer,
Arif, dkk, 2001).
Abortus
adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup di luar
kandungan dengan berat badan ≤ 1000 gr atau umur kehamilan kurang dari 28
minggu. (Manuaba,
1998).
2. Klasifikasi
Abortus
·
Abortus
spontan (terjadi dengan sendiri, keguguran) : Abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau
medis untuk mengosongkan uterus.
·
Abortus
provokatus (disengaja, digugurkan) : terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum janin mampu
hidup.
a)
Abortus provokatus terapeutik
Pengguguran kehamilan dengan
alasan bahwa kehamilan membahayakan membawa maut bagi ibu, misalnya karena ibu
berpenyakit berat.
Abortus provokatus pada hamil
muda dibawah 12 minggu dapat dilakukan dengan pemberian prostaglandin atau
kuretase dengan penyedotan (vacum) atau dengan sendok kuret.
Pada hamil yang tua diatas 12
minggu dilakukan histerektomi, juga dapat disuntikkan garam hipertonis (20%)
atau prostaglandin intra-amnial. Indikasi untuk abortus terapeutikus misalnya:
penyakit jantung (jantung rheumatic), hipertensi esentialis, karsinoma serviks.
b)
Abortus
provokatus kriminalis.
Pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang syah
dan dilarang oleh hukum.
c) Unsafe Abortion
Upaya untuk terminasi kehamilan muda
dimana pelaksana tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur
standar yang aman sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa pasien.
Secara klinis masih ada
istilah sebagai berikut:
1) Abortus imminens (keguguran mengancam). Abortus baru
mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya.
2) Abortus incipiens (keguguran berlangsung). Abortus ini
sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi.
3) Abortus inkompletikus (keguguran tidak lengkap).
Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian (biasanya jaringan
plasenta masih tertinggal didalam rahim.
4) Abortus kompletikus (keguguran lengkap). Seluruh buah
kehamilan telah dilahirkan dengan lengkap.
5) Missed abortion (keguguran tertunda). Missed abortion
adalah keadaan dimana janin telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan minggu
ke-20.
6) Abortus habitualis (keguguran berulang-ulang). Ialah
abortus yang telah berulang dan berturut-turut terjadi sekurang-kurangnya tiga
kali berturut-turut. ( Sarwono, 2008 )
3. Etiologi
·
Kelainan
pada zigote
Perlu adanya penyatuan antara spermatozoon yang
normal dengan ovum yang normal. Kelainan genetik pada suami atau istri dapat
menjadi sebab kelainan pada zigote dengan akibat terjadinya abortus. Dapat
dikatakan bahwa kelainan kromosomal yang dapat memegang peranan dalam abortus
berturut-turut, jarang terdapat. Dalam hubungan ini dianjurkan untuk menetapkan
kariotipe pasangan suami istri apabila terjadi sedikit-sedikitnya abortus
berturut-turut tiga kali, atau janin yang dilahirkan menderita cacat.
·
Gangguan
fungsi endometrium yang menyebabkan gangguan implantasi ovum yang dibuahi dan
gangguan dalam pertumbuhan mudigah. Malfungsi endometrium
yang mengganggu implantasi dan mengganggu mudigah
dalam pertumbuhannya. Di bawah pengaruh estrogen, endometrium
yang sebagian besar hilang pada waktu haid, timbul lagi sesudah itu, dan
dipersiapkan untuk menerima dengan baik ovum yang dibuahi. Sesudah ovulasi
glikogen yang terhimpun dalam sel-sel basal endometrium memasuki sel-sel dan
lumen kelenjar-kelenjar dalam endometrium, untuk kelak dibawah pengaruh alkalin
fosfatase diubah menjadi glukose. Di samping zat hidrat arang tersebut
dibutuhkan pula protein, lemak, mineral, dan vitamin untuk pertumbuhan mudigah.
Faktor yang mengakibatkan
gangguan pertumbuhan endometrium :
a) Kelainan hormonal
Pada wanita dengan abortus
habitualis, dapat ditemukan bahwa fungsi glandula tiroidea kurang sempurna. Pemerikasaan Tiroid dilakukan diluar kehamilan. Selain itu
gangguan fase luteal dapat menjadi sebab infertilitas dan abortus muda yang
berulang. Gangguan fase luteal dapat menyebabkan disfungsi tuba dengan akibat
transfor ovum terlalu cepat, motilitas uterus yang berlebihan dan kesukaran
dalam nidasi karena endometrium tidak dipersiapkan dengan baik.
b) Gangguan nutrisi
Penyakit yang mengganggu
persediaan zat-zat makanan untuk janin yang sedang tumbuh dapat menyebabkan
abortus. Anemia yang berat, penyakit menahun dan lain-lain akan mempengaruhi
gizi penderita.
c) Penyakit infeksi
Penyakit infeksi menahun yang
dapat menjadi sebab kegagalan kehamilan ialah luwes. Disebut pula mikoplasma
hominis yang ditemukan di serviks uteri, vagina dan uretra. Penyakit infeksi
akut dapat menyebabkan abortus yang berturut-turut.
d) Kelainan imunologik
Inkomtabilitas golongan darah
A, B, O, dengan reaksi antigen-antibodi dapat menyebabkan abortus berulang,
karena pelepasan histamin mengakibatkan vasodilatasi dan peningkatan fragilitas
kapiler. Inkomtabilitas karena Rh faktor dapat menyebabkan abortus berulang,
tetapi hal itu biasanya menyebabkan gangguan pada kehamilan diatas 28 minggu.
e) Faktor psikologis
Yang peka terhadap terjadinya
abortus ialah wanita yang belum matang secara emosional dan sangat
mengkhawatirkan risiko kehamilan; begitu pula wanita yang sehari-hari bergaul
dalam dunia pria dan menganggap kehamilan sebagai suatu beban yang berat.
Dalam hal-hal tersebut diatas,
peranan dokter untuk menyelamatkan kehamilan sangat penting. Usaha-usaha dokter
untuk mendapatkan kepercayaan pasien, dan menerangkan segala sesuatu kepadanya,
sangat membantu.
·
Kelainan
anatomik uterus menghalangi berkembangnya janin.
Kelainan bawaan dapat menjadi
sebab abortus habitualis, antara lain hipoplasia uterus, subseptus uterus
bikornis dan sebagainya. Akan tetapi pada kelainan bawaan seperti uterus
bikornis, sebagian besar kehamilan dapat berlangsung terus dengan baik.
Walaupun pada abortus habitualis perlu diselidiki dengan histerosalpingografi,
apakah ada kelainan bawaan, perlu diperiksa pula apakah tidak ada sebab lain
dari abortus habitualis, sebelum menganggap kelainan bawaan uterus tersebut
sebaga sebabnya.
Diantara kelainan-kelainan
yang timbul pada wanita dewasa terdapat laserasi serviks uteri yang luas, tumor
uterus khususnya mioma, dan serviks uteri yang inkompeten. Pada laserasi yang
cukup luas, bagian bawah uterus tidak dapat memberi perlindungan pada janin dan
dapat menjadi abortus, biasanya pada inkompeten; pada kehamilan 14 minggu atau
lebih ostium uteri internum perlahan-lahan membuka tanpa menimbulkan rasa nyeri
dan ketuban mulai menonjol. Jika keadaan dibiarkan, ketuban pecah dan terjadi
abortus. Mioma uteri, khususnya berjenis sub mukus, dapat mengganggu implantasi
ovum yang dibuahi atau pertumbuhannya didalam cavum uteri. (Muchtar, 2002)
4. Patofisiologi
Pada awal abortus
terjadi perdarahan dalam decidua basalis, diikuti oleh terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan
plasenta yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas
sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing didalam uterus.
Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Pengeluaran
tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal yang
menyebabkan berbagai penyakit. Oleh karena itu, keguguran memberikan gejala
umum sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan, dan disertai
pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
Pada kehamilan
kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya, karena
vili koreales belum menembus desidua terlalu dalam, sedangkan pada kehamilan 8
sampai 14 minggu, telah masuk agak tinggi, karena plasenta tidak dikeluarkan
secara utuh sehingga banyak terjadi perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu
keatas, yang umumnya bila kantong ketuban pecah maka disusul dengan
pengeluaran janin dan plasenta yang telah lengkap terbentuk. Perdarahan tidak
banyak terjadi jika plasenta terlepas dengan lengkap.
Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya:
·
Sedikit-sedikit
dan berlangsung lama
·
Sekaligus
dalam jumlah yang besar dapat disertai gumpalan
·
Akibat
perdarahan tidak menimbulkan gangguan apapun; dapat menimbulkan syok, nadi
meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis dan daerah ujung (akral) dingin.
Bentuk pengeluaran hasil
konsepsi bervariasi:
1. Umur kehamilan dibawah 14 minggu dimana
plasenta belum terbentuk sempurna, dikeluarkan seluruh atau sebagian hasil
konsepsi.
2. Diatas 16 minggu, dengan pembentukan
plasenta sempurna dpat didahului dengan ketuban pecah diikuti pengeluaran hasil
konsepsi, dan dilanjutkan dengan pengeluran plasenta berdasarkan proses
persalinannya dahulu disebutkan persalinan immaturus.
3. Hasil kosepsi tiak dikeluarkan lebih dari
6 minggu, sehingga terjadi ancaman baru dalam bentuk gangguan pembekuan darah.
Berbagai bentuk perubahan
hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan dapat terjadi:
1. Mola karnosa: hasil konsepsi menyerap
darah, terjadi gumpalan seperti daging.
2. Mola tuberosa: amnion berbenjol-benjol,
karena terjadi hematoma antara amnion dan karion
3. Fetus kompresus: janin mengalami
mumifikasi, terjadi penyerapan kalsium, dan tertekan sampai gepeng.
4. Fetus papiraseus: kompresi fetus berlangsung
terus, terjadi penipisan, laksna kertas.
5. Blighted ovum: hasil konsepsi yang
dikeluarkan tidak mengandung janin, hanya benda kecil yang tidakberbentuk.
6. Missed abortion: hasil konsepsi yang tidak
dikeluarkan lebih dari 6 minggu.
5.
Tanda dan Gejala
·
Tanda dan gejala pada abortus
Imminen :
a.
Terdapat keterlambatan dating
bulan
b.
Terdapat perdarahan, disertai
sakit perut atau mules
c.
Pada pemeriksaan dijumpai
besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim
d.
Hasil periksa dalam terdapat
perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih tertutup,
dapat dirasakan kontraksi otot rahim
e.
Hasil pemeriksaan tes kehamilan
masih positif
·
Tanda dan gejala pada abortus
Insipien :
a.
Perdarahan lebih banyak
b.
Perut mules atau sakit lebih
hebat
c. Pada pemariksaan dijumpai
perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis terbuka dan jaringan atau hasil
konsepsi dapat diraba
·
Tanda dan gejala abortus
Inkomplit :
a.
Perdarahan memanjang, sampai
terjadi keadaan anemis
b.
Perdarahan mendadak banyak
menimbulkan keadaan gawat
c.
Terjadi infeksi ditandai dengan
suhu tinggi
d.
Dapat terjadi degenerasi ganas
(kario karsinoma)
·
Tanda dan gejala abortus Kompletus :
a.
Uterus telah mengecil
b.
Uerdarahan sedikit
c.
Canalis servikalis telah
tertutup
·
Tanda dan gejala Missed
Abortion :
a. Kehamilan menghilang, Uterus tidak membesar, Tes kehamilan negatifb. Mamae agak mengendur
6. Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan
dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus
dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita pelu
diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan
laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka
perforasi atau perlu histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang
dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persolan gawat karena perlukaan
uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih
atau usus.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus,
tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada
abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis.
Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis,
dengan kemungkinan diikuti oleh syok.
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
infeksi berat (syok endoseptik).
5. Gagal ginjal akut
Gagal ginjal akut yang persisten pada kasus abortus biasanya berasal dari
efek infeksi dan hipovolemik yang lebih dari satu. Bentuk syok bakterial yang
sangat berat sering disertai dengan kerusakan ginjal intensif. Setiap kali
terjadi infeksi klostridium yang disertai dengan komplikasi hemoglobenimia
intensif, maka gagal ginjal pasti terjadi. Pada keadaan ini, harus sudah
menyusun rencana untuk memulai dialysis yang efektif secara dini sebelum
gangguan metabolik menjadi berat. (Cunningham, 2005).
7. Pencegahan
Yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut sebaiknya wanita
berusia 30 atau 40 tahun yang merencanakan untuk hamil harus konsultasikan diri
dulu ke dokter. Bagaimanapun, berikan konsentrasi penuh mengenai kehamilan di
atas usia 35 tahun, diantaranya:
- Rencanakan kehamilan dengan konsultasi ke
dokter sebelum pasti untuk kehamilan tersebut. Kondisi kesehatan,
obat-obatan dan imunisasi dapat diketahui melalui langkah ini.
- Konsumsi multivitamin yang mengandung 400
mikrogram asam folat setiap hari sebelum hamil dan selama bulan pertama
kehamilan untuk membantu mencegah gangguan pada saluran tuba.
- Konsumsi makanan-makanan yang bernutrisi
secara bervariasi, termasuk makanan yang mengandung asam folat, seperti
sereal, produk dari padi, sayuran hijau daun, buah jeruk, dan
kacang-kacangan.
- Mulai kehamilan pada berat badan yang normal
atau sehat (tidak terlalu kurus atau terlalu gemuk). Berhenti minum
alkohol sebelum dan selama kehamilan.
- Jangan gunakan obat-obatan, kecuali obat anjuran dari dokter yang
mengetahui bahwa si ibu sedang hamil. (Saleh, 2003)
Download Pathway Abortus Disini : Download
8. Pemeriksaan
Penunjang
1. Abortus iminens :a. Jika janin baik, ditemukan tanda kehidupan janin, pulsasi jantung jelas.
b. Meragukan : kantong kehamilan masih utuh, pulsasi jantung janin belum jelas..
c. Jika janin tidak baik : janin mati, pulsasi tidak ditemukan.
2. Abortus insipiens :
Pemeriksaan dalam :
- Ostium uteri eksternum terbuka
- Buah kehamilan masih dalam rahim.
- Ketuban utuh, dapat menonjol.
3. Abortus inkomplit:
Pemeriksaan dalam :
– Ostium uteri eksternum terbuka.
– Teraba sisa jaringan buah kehamilan
4. Abortus tertunda :
Pemeriksaan penunjang :
- USG : terdapat tanda janin mati
- Laboratorium :
HB, trombosit, fibrinogen, waktu perdarahan, waktu pembekuan, waktu protombin.
5. Abortus febrilis/abortus infeksiosa :
Pemeriksaan dalam :
Ostium uteri umumnya terbuka dan teraba sisa jaringan, baik rahim maupun adneksa terasa nyeri pada perabaan, fluksus berbau.
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien, adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
Pemeriksaan dalam :
– Ostium uteri eksternum terbuka.
– Teraba sisa jaringan buah kehamilan
4. Abortus tertunda :
Pemeriksaan penunjang :
- USG : terdapat tanda janin mati
- Laboratorium :
HB, trombosit, fibrinogen, waktu perdarahan, waktu pembekuan, waktu protombin.
5. Abortus febrilis/abortus infeksiosa :
Pemeriksaan dalam :
Ostium uteri umumnya terbuka dan teraba sisa jaringan, baik rahim maupun adneksa terasa nyeri pada perabaan, fluksus berbau.
9.
Penatalaksanaan
·
Persiapan
Sebelum Tindakan
a) Pasien
1) cairan dan selang infus sudah terpasang,
perut bawah dan lipat paha sudah dibersihkan dengan air dan sabun.
2) Uji fungsi dan kelengkapan peralatan
resusitasi kardiopulmoner.
3) Siapkan kain alas bokong dan penutup perut
bawah.
4) Medikamentosa
-
Analgetika
(pethidin 1-2 mg/kg BB, ketamin HCI 0,5 mg/kg BB, tramadol 1-2 mg/kg BB)
-
Sedatifa
(diazepan 10 mg)
-
Atropin
sulfat 0,25-0,50 mg/kg
5) Larutan antiseptik (povidon iodin 10%).
6) Oksigen dengan regulator.
7) Instrumen :
-
Cunam
tampon: 1
-
Klem
ovum (foersters/fenster clemp) lurus : 2
-
Sendok
kuret pasca persalinan : 1
-
Spekulum
sim’s atau L dan kateter karet : 2 dan 1
-
Tabung
ml dan jarum suntik no 23 (sekali pakai) : 2
b) Penolong (operator dan asisten)
1) Baju kamar tindakan, apron, masker dan
kacamata pelindung : 3 set
2) Sarung tangan DTT/steril : 4 pasang
3) Alas kaki (sepatu atau boot karet) : 3
pasang
4) Instrumen :
-
Lampu
sorot : 1
-
Mangkok
logam : 2
-
Penampung
udara dan jaringan : 1
·
Tindakan Umum :
a) Instruksikan asisten untuk memberikan
sedative dan analgetik.
b) Bila penderita tidak berkemih, lakukan
kateterisasi (lihat prosedur kateteresasi).
c) Setelah kandung kemih dikosongkan, lakukan pemeriksaan bimanual.
Tentukan besar uterus dan bukaan serviks.
d) Bersihkan dan lakukan dekontaminasi sarung
tangan dengan larutan klorin 0,5%.
e) Pakai sarung tangan DTT/steril yang baru.
f) Pasang spekulum sim’s atau L, masukkan
bilahnya secara vertikal kemudian putar ke bawah.
g) Pasang spekulum sim’s berikutnya dengan
jalan memasukkan bilahnya secara vertikal kemudian putar dan tarik ke atas
sehingga porsio tampak dengan jelas.
h) Minta asisten untuk memegang spekulum atas
dan bawah, pertahankan pada posisinya semula.
i)
Dengan
cunam tampon, ambil kapas yang telah dibasahi dengan larutan antiseptik,
kemudian bersihkan lumen vagina dan poriso. Buang kapas tersebut dalam tempat
sampah yang tersedia, kembalikan cunam ke tempat semula.
j)
Ambil
klem ovum yang lurus, jepit bagian atas porsio (perbatasan antara kuadran atas
kiri dan kanan atau pada jam 12).
k) Setelah porsio terpegang baik, lepaskan
spekulum atas.
l)
Pegang
gagang cunam dengan tangan kiri, ambil sendok kuret pasca persalinan dengan
tangan kanan, pegang diantara ibu jari dan telunjuk (gagang sendok berada pada
telapak tangan), kemudian masukkan hingga menyentuh fundus.
m) Minta asisten untuk memegang klem ovum,
letakkan telapak tangan pada bagian atas fundus uteri (sehingga penolong dapat
merasakan tersentuhnya fundus oleh ujung sendok kuret).
a. Memasukkan lengkung sendok kuret sesuai
engan lengkung cavum uteri kemudian laukan pengerokan dinding uterus bagian
depan searah dengan jarum jam, secara sistematis.
b. Masukkan ujung sendok sesuai dengan cavum
lengkung uteri setelah sampai fundus, kemudian putar 180 derajat, lalau
bersihkan dinding belakang uterus. Kemudian keluarkan jaringan yang ada.
n) Kembalikan sendok kuret ke tempat semula,
gagang klem ovum dipegang kembali oleh operator.
o) Ambil kapas (dibasahi larutan antiseptik)
dengan cunam tampon, bersihkan darah dan jaringan pada lumen vagina.
p) Lepaskan jepitan klem ovum pada porsio.
q) Lepaskan spekulum bawah.
r) Lepaskan kain penutup perut bawah, alas
bokong dan sarung kaki masukkan ke dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5%.
·
Dekontaminasi
·
Cuci
Tangan Sebelum Pasca tindakan
·
Perawatan
Pasca tindakan
·
Tindakan Tipe
Abortus :
a) Missed Abortion : Mengeluarkan hasil konsepsi,
Pada kehamilan sebelum 12 minggu dilakukan pembukaan serviks uteri dengan
memasukkan laminaria selama kira – kira 12 jam dengan kanalis servikalis,
kemudian diperbesar dengan busi hegar sampai cunam ovum atau jari dapat masuk
ke dalam catum uteri. Jika kebesaran uteri melebihi 12 minggu pengeluaran hasil
konsepsi yang diusahakan dengan infus oksitoksin dosis cukup tinggi. Dosis
oksitosin dapat dimulai dengan 12 tetes/menit dari cairan 500 ml glucose 5%
dengan 10 satuan oksitosin, dosis ini dapat dinaikkan sampai ada kontraksi
b) Abortus iminen : Istirahat total dan tidak
melakukan coitus sampai perdarahan selesai, meningkatkan aliran darah ke rahim,
mengurangi rangsangan mekanis
-
Obat : Penenang
: fenobarbital 3
x 30mg, valium
Anti perdarahan
: Adona, transamin
Vitamin B komplek
Hormone progesteron
Penguat plasenta
: gestianon, duphaston
Anti Kontraksirahim : duvadilon, papaverin
c) Abortus komplitus : Bila pasien baik berikan
ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 – 5 hari. Bila kondisi pasien anemia, berikan
hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah. Berikan antibiotik untuk
mencegah infeksi. Anjurkan pasien diet Tinggi protein, vitamin dan mineral.
Apabila terdapat anemia sedang berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari
selama 2 minggu. Jika anemia berat transfusi darah. Konseling asuhan
keperawatan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
d) Abortus Insipiens : Jika usia kurang dari 16
minggu lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum manual. jika evaluasi
tidak dapat, segera lakukan :
- Berikan
ergometrin 0,2mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau
misoprostol 400mg / oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
- Segera laukan
persiapan pengeluaran hasil konsepsi uterus.
Jika usia kehamilan
lebih dari 16 minggu tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa
konsepsi, jika perlu lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intra
vena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes /
menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
10.
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien, adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a. Biodata :
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat.
b. Keluhan utama :
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang.
c. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
Riwayat kesehatan masa lalu.
Riwayat pembedahan, kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
d. Riwayat penyakit yang pernah dialami :
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga :
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
f. Riwayat kesehatan reproduksi :
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.
g. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas :
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
h. Riwayat seksual :
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluhan yang menyertainya.
i. Riwayat pemakaian obat :
Kaji riwayat pemakaian oba t- obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
j. Pola aktivitas sehari-hari :
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat.
b. Keluhan utama :
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang.
c. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
Riwayat kesehatan masa lalu.
Riwayat pembedahan, kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
d. Riwayat penyakit yang pernah dialami :
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga :
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
f. Riwayat kesehatan reproduksi :
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.
g. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas :
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
h. Riwayat seksual :
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluhan yang menyertainya.
i. Riwayat pemakaian obat :
Kaji riwayat pemakaian oba t- obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
j. Pola aktivitas sehari-hari :
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
11. Diagnosa Keperawatan
1. Devisit volume cairan berhubungan dengan
perdarahan masif
2. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
yang berlebihan
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan
dengan berkurangnya distribusi darah ke seluruh tubuh.
4. Resti infeksi berhubungan dengan tindakan
invasif
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kecemasan
12. Perencanaan
Keperawatan
Dx.
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1
x 24 jam kebutuhan cairan terpenuhi dengan
Kriteria Hasil :
·
Menunjukkan
perbaikan keseimbangan cairan dibuktikkan dengan haluaran urine adekuat
dengan berat jenis normal 3 – 5 ml/ jam
·
Tanda vital
stabil
·
Turgor
kulit kembali normal dapat balik kembali dalam dan delik
·
Mukosa
mulut: lembab.
·
Turgor
kulit: elastis
·
Pengisian
kapiler cepat
|
Mandiri:
·
Pantau suhu
dan turgor kulit, membrane mukosa, tekanan darah, suhu, masukan/ haluaran dan
berat jenis urin. Timbang berat badan klien dengan standar.
·
Awasi tanda
vital, bandingkan dengan hasil normal pasien / sebelumnya. ukur TD dengan
posisi duduk, berbaring, berdiri bila mungkin
· Tentukan
adanya/ frekuensi mual berlebihan atau menetap muntah.
· Pantau
hal-hal yang meningkatkan mual dan muntah. Misalnya bau-bauan yang terlalu,
makanan yang terlalu asin atau manis.
·
Pantau
hal-hal yang menurunkan mual dan muntah missal makanan diberikan waktu
hangat, suasana yang menyenangkan.
·
Libatkan
keluarga:
· Menghadirkan
suami dan keluarga terdekat klien ketika klien dirawat
· Keluarga/suami
berusaha meyakinkan klien bahwa klien tidak perlu cemas menghadapi kehamilannya.
Kolaborasi:
·
Berikan
cairan elektrolit glukosa atau vitamin secara parentera/ sesuai indikasi.
|
·
Memberikan
data berkenaan dengan semua kondisi. peningkatan kadar hormone gonadotropin
krionik (HCG), perubahan metabolisme KH, dan penurunan mortilitas gaftrik
memperberat mual dan muntah pada trimester pertama.
·
Perubahan
TD dan nadi dapat digunakan untuk perkiraan kasar kehilangan darah (mis. TD
<90 data-blogger-escaped-mmhg="" data-blogger-escaped-nadi="">110 diduga 25% penurunan volume atau kurang lebih 1000
ml). Hipotensi postural menunjukkan penurunan volume cairan
·
Membantu
dalam menentukan adanya muntah yang tidak dapat dikontrol (hiperemesis
gravidarum) pada awalnya muntah dapat mengakibatkan alkalosis, dehidrasi dan
ketidak seimbangan elektrolit. Muntah yang tidak dapat diatasi atau yang
berat dapat menimbulkan asidosis, memerlukan intervensi lanjut.
·
Menurunkan
faktor penyebab terjadinya mual muntah
·
Meningkatkan
kenyamanan dan selera makan.
·
Menurunkan
rasa cemas.
· Membantu
dalam meminimalkan mual/ muntah dan menurunkan keasaman jambung muntah yang
sering (hiperemesis gravidarum) mengakibatkan bilirubin dan mengetahui
frekuensi muntah, memudahkan kita melakukan tindakan tang lebih lanjut.
|
2.
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 X
24 jam diharapkan klien dapat mengontrol nyeri yang dibuktikan dengan
Kriteria hasil :
§ Klien menyatakan nyeri hilang/ terkontrol
§ Ekspresi wajah tidak menunjukkan rasa menahan
sakit
§ Kualitas nyeri menunjukkan skala 0-3
§ Perilaku relaksasi
§ TD 120/80
– 130/90 mmHg
§ Nadi 90x/ menit
§
Pola nafas
efektif 24x/ menit
|
§ Berikan informasi dan petunjuk antisipasi
mengenai penyebab ketidaknyamanan dan intervensi yang tepat
§ Evaluasi tekanan darah (TD) dan nadi. Perhatikan
perubahan perilaku (bedakan antara kegelisahan karena nyeri atau kehilangan
darah akibat dari proses pembedahan.
§ Ubah posisi klien senyaman mungkin dan berikan
teknik pernafasan dan relaksasi dan distraksi (rangsangan jaringan kutan)
§ Palpasi kandung kemih, perhatikan adanya rasa
penuh, memudahkan berkemih periodic setelah pengangkatan kateter indwelling.
§ Anjurkan penggunaan dengan penyokong.
§
Lakukan
latihan nafas dalam, spirometri intensif dan batuk dengan menggunakan
prosedur-prosedur tepat, 30 menit setelah pemberian analgesic.
|
§ Meningkatan pemecahan masalah, membantu
mengurangi nyeri berkenaan dengan ansietas dan ketakutan karena ketidaktahuan
dan memberikan rasa control.
§ Pada banyak klien menyebabkan gelisah
§ Merilekskan otot dan mengalihkan perhatian dari
sensasi nyeri, meningkatkan kjetidaknyaman dan menurunkan distraksi tidak
menyenangkan, meningkatkan rasa ketidaksejahteraan.
§ Kembalinya kandung kemih normal memerlukan 4-7
hari dan over distena kandung kemih menciptakan peranan dorongan dan
ketidaknyamanan.
§ Mengangkat payudara kedalam dan keatas
mengakibatkan posisi lebih nyaman dan menurunkan kelelahan otot.
§
Napas dalam
meningkatkan upaya pernafasan, pembebatan menurunkan regangan area insisi dan
mengurangi nyeri dan ketidaknyaman berkenaan dengan gerakan otot abdomen,
baruk diindikasikan bila sekresi atau ronki terdengar.
|
3.
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan klien dapat
menunjukkan perfusi aekuat
dengan Kriteria Hasil :
·
Tanda vital
stabil
·
Nadi teraba
·
Pengisian
kapiler baik
·
Mental biasa
·
Keluaran
urin adekuat secara individual
·
Bebas
edema.
|
·
Pantau
tanda vital; palpasi nadi perifer dan perhatikan pengisian kapiler;kaji
keluaran atau karakteristik urine, evaluasi perubahan mental.
·
Inspeksi
balutan dan pembalut prineal, perhatikan warna, jumlah dan bau drainase.
Timbang pembalut dan bandingkan dengan berat yang kering, bila pasien
mengalami perdarahan hebat.
·
Ubah
posisi pasien dan dorong batuk sering dan latihan nafas dalam.
·
Hindari
posisi fowler tinggi dan tekanan di bawah lutut atau menyilangkan kaki.
·
Bantu/instruksikan
latiha kaki dan telapak dan ambulas sesegera mungkin.
·
Periksa
tanda hormo. Perhatikan eritema, pembengkakan ekstremitas, atau keluhan nyeri
dad tiba-tiba pada dispnea.
Kolaborasi
·
Berikan
cairan IV, produk drah sesuai indiaksi.
·
Pakaikan stoking anti emboli.
·
Bantu/dorong
penggunaan spirometri insentif.
|
·
indikaror
keadekuatan perfusi sistematik. Kebujtuhan caran/ darah, dan terjadinya
komplikasi.
·
Memperkirakan
pembuluh darah besar untuk sisi operasi dan potensial perubahan mekanisme
pembengkakan (contoh; kanker) meningkatkan resiko perdarahan pasca operasi.
·
Mencegah
statis sekresi dan komplikasi perdarahan.
·
Menimbulkan
stasis vena dengan meningkatkan kongesti pelvik dan pengumpulan darah dalam
eksremitas potensial resiko pembentukan trombosit.
·
Geraka
meningkatkan sirkulasi dan mencegah komplikasi statis.
·
Mungkin
indiksi terjadinya tromboflebitis/emboli paru.
·
Menggantikan
kehilangan darh mempertahankan volume darah sirkulasi dan perfusi jaringan.
·
Membantu
aliran balik vena, menurunkan statis dan resiko trombosit.
·
Meningkatkan
ekspensi paru/meminimalkan atelektasis.
|
4.
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x
24 jam diharapkan klien dapat menerapkan teknik kontrol infeksi yang
dibuktikan dengan Kriteria hasil:
§ Suhu 37° C
§ Poal nafas efektif 24x/ menit
§ Tidak terdapat nyeri tekan
§ Luka bekas dari drainase dengan tanda awal
penyembuhan
§ Tidak terdapat kemerahan
|
§ Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan
dengan cermat dan pembuangan pangalas kotoran pembakut parineal dan linen
terkontaminasi dengan tepat
§ Tinjau ulang Hb/Ht prenatal: perhatikan adanya
kondisi yang mempredisposisikan klien pada infeksi pasca operasi
§ Infeksi balutan abdominal terhadap eksudat/
rembesan. Lepaskan balutans sesuai indikasi
§ Dorong dan masukan cairan oral dan diet tinggi
protein, Vit C dan besi
§ Pantau suhu, nadi, dan jumlah sel darah putih
§ Pantau lokasi dan kontraktivitas uterus,
perhatikan perubahan involusi/ adanya nyeri tekan uterus yang ekstrim
Kolaborasi:
§ Berikan infuse antibiotic profilaksi dengan
detil pertama biasanya diberikan segera setelah pengekleman tali pusat dan 2
dosis lagi masing-masing berjarak 6 jam.
§ Dapatkan kultur darah, vagina dan urin bila
infeksi dicurigai
§ Berikan antibiotic khusus untuk untuk proses
infeksi yang diidentifikasi.
|
§ Membantu mencegah/ mengatasi penyebaran infeksi
§ Anemia, diabetes dan persalinan yang lama
(khususnya pada pecah ketuban) sebelum kelahiran sesarea meningkatkan resiko
infeksi dan pelambatan penyembuhan.
§ Balutan steril menutupi luka pada 24 jam pasca
kelahiran sesarea membantu melindungi luka dari cidera/ kontaminasi, rembesan
dapat mendapatkan hemetoma, gangguan penyatuan jahitan/ dehisens luka
memerlukan intervensi lanjut.
§ Mencegah dehidrasi memaksimalkan volume
sirkulasi dan aliran urine. Protein dan vitamin C diperlukan untuk
pembentukan kolagen, besi diperlukan untuk sintesis HB
§ Dalam pasca operasi hari ke-3 leukositas dan
takikardia menunjukkan infeksi, peningkatan suhu sampai 38°C dalam 24 jam pertama sangat mengindikasikam
infeksi.
§ Setelah kelahiran sesarea fundus tetap pada
ketinggian umbilicus selama sampai 5 hari, bila involusi mulai disertai
dengan peningkatan aliran lokia. Perlambatan involusi meningkatkan resiko
endometritis. Perkembangan nyeri tekan ekstrim menandakan kemungkinan
jaringan plasenta tertahan/ infeksi
.
§ Menurunkan kemungkinan endometritis pasca partum
sesuai komplikasi seperti obsess insisi/ tromboflekbitis pelvis.
§ Bakterinus lebih sering pada klien yang
mengalami pecah ketuban selama 6 jam/ lebih lama daripada klien yang
ketubannya tetap utuh sebelum melahirkan sesarea
§ Perlu untuk mematikan organisme.
|
5.
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x
24 jam diharapkan klien dapat mengatasi ansietas yang dibuktikan dengan
Kriteria hasil :
§ Klien mengungkapkan rasa takut dari masalah
§ Klien mengungkapkan rasa ansietas berkurang
§ Menggunakan mekanisme koping yang tepat.
§ Menunjukkan TTV normal
|
§ Pantau respon psikologis kejadian dan
ketersediaan system pendukung.
§ Tetap bersama klien dan tetap bicara perlahan,
tunjukkan empati.
§ Beri penguatan aspek positif dari ibu
§ Anjurkan klien atau pasangan mengungkapkan dan
mengekspresikan perasaan
§ Dukung atau arahkan kembali mekanisme koping
yang diekspresikan
§ Berikan masa privasi, kurangi rangsang
lingkungan.
|
§ Makin klien mengatakan ancaman makin besar
tingkat ansietas
§ Membantu membatasi transmisi ansietas
interpersonal dan mendemonstrasikan perhatian terhadap klien.
§ Memfokuskan pada kemungkinan keberhasilan hasil
akhir dan membantu membawa ancaman yang dirasakan.
§ Membantu mengidentifikasi perasaan atau masalah
negative dan memberikan kesempatan untuk mengatasi perasaan berduka
§ Mendukung mekanisme koping dasar otomatik,
meningkatkan kepercayaan diri dan penerimaan menurunkan ansietas.
§
Memungkinkan
kesempatan bagi klien/ pasangan untuk menginternalisasi informasi, menyusun
sumber-sumber dan mengatasi dengan efektik.
|
DAFTAR PUSTAKA
Didik
Tjindarbumi, Dkk. 2001. Pencegahan,
Diagnosis Dini, Dan Pengobatan Penyakit Kanker. Yayasan Kanker Indonesia :
Jakarta.
Doengoes,
M. Rencana Perawatan Maternitas / Bayi, Egc : Jakarta. 2001.
Suzanne C.
Smeltzer. Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Edisi 8. Jakarta : Egc.
http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/09/asuhan-keperawatan-abortus.html Diakses tanggal 30 September 2013 Pada Jam 18.30
WIB