Asuhan Keperawatan Abortus

1.      Definisi
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu  (IKPK dan KB, 1992).
Abortus adalah penghentian atau pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan 16 minggu atau sebelum plasenta selesai terbentuk. (Mansjoer, Arif, dkk, 2001).
Abortus adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan ≤ 1000 gr atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu. (Manuaba, 1998).

2.      Klasifikasi Abortus
·         Abortus spontan (terjadi dengan sendiri, keguguran) : Abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan uterus.
·         Abortus provokatus (disengaja, digugurkan) : terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum janin mampu hidup.
a)      Abortus provokatus terapeutik
Pengguguran kehamilan dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan membawa maut bagi ibu, misalnya karena ibu berpenyakit berat.
Abortus provokatus pada hamil muda dibawah 12 minggu dapat dilakukan dengan pemberian prostaglandin atau kuretase dengan penyedotan (vacum) atau dengan sendok kuret.
Pada hamil yang tua diatas 12 minggu dilakukan histerektomi, juga dapat disuntikkan garam hipertonis (20%) atau prostaglandin intra-amnial. Indikasi untuk abortus terapeutikus misalnya: penyakit jantung (jantung rheumatic), hipertensi esentialis, karsinoma serviks.
b)      Abortus provokatus kriminalis.
Pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum.
c)      Unsafe Abortion
Upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksana tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa pasien.

Secara klinis masih ada istilah sebagai berikut:
1)  Abortus imminens (keguguran mengancam). Abortus baru mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya.
2) Abortus incipiens (keguguran berlangsung). Abortus ini sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi.
3)  Abortus inkompletikus (keguguran tidak lengkap). Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian (biasanya jaringan plasenta masih tertinggal didalam rahim.
4) Abortus kompletikus (keguguran lengkap). Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan dengan lengkap.
5) Missed abortion (keguguran tertunda). Missed abortion adalah keadaan dimana janin telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan minggu ke-20.
6)  Abortus habitualis (keguguran berulang-ulang). Ialah abortus yang telah berulang dan berturut-turut terjadi sekurang-kurangnya tiga kali berturut-turut. ( Sarwono, 2008 )

3.      Etiologi
·         Kelainan pada zigote
Perlu adanya penyatuan antara spermatozoon yang normal dengan ovum yang normal. Kelainan genetik pada suami atau istri dapat menjadi sebab kelainan pada zigote dengan akibat terjadinya abortus. Dapat dikatakan bahwa kelainan kromosomal yang dapat memegang peranan dalam abortus berturut-turut, jarang terdapat. Dalam hubungan ini dianjurkan untuk menetapkan kariotipe pasangan suami istri apabila terjadi sedikit-sedikitnya abortus berturut-turut tiga kali, atau janin yang dilahirkan menderita cacat.
·        Gangguan fungsi endometrium yang menyebabkan gangguan implantasi ovum yang dibuahi dan gangguan dalam pertumbuhan mudigah. Malfungsi endometrium yang mengganggu implantasi dan mengganggu    mudigah dalam pertumbuhannya. Di bawah pengaruh estrogen, endometrium yang sebagian besar hilang pada waktu haid, timbul lagi sesudah itu, dan dipersiapkan untuk menerima dengan baik ovum yang dibuahi. Sesudah ovulasi glikogen yang terhimpun dalam sel-sel basal endometrium memasuki sel-sel dan lumen kelenjar-kelenjar dalam endometrium, untuk kelak dibawah pengaruh alkalin fosfatase diubah menjadi glukose. Di samping zat hidrat arang tersebut dibutuhkan pula protein, lemak, mineral, dan vitamin untuk pertumbuhan mudigah.
Faktor yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan endometrium :
a)      Kelainan hormonal
Pada wanita dengan abortus habitualis, dapat ditemukan bahwa fungsi glandula tiroidea kurang sempurna. Pemerikasaan Tiroid dilakukan diluar kehamilan. Selain itu gangguan fase luteal dapat menjadi sebab infertilitas dan abortus muda yang berulang. Gangguan fase luteal dapat menyebabkan disfungsi tuba dengan akibat transfor ovum terlalu cepat, motilitas uterus yang berlebihan dan kesukaran dalam nidasi karena endometrium tidak dipersiapkan dengan baik.
b)      Gangguan nutrisi
Penyakit yang mengganggu persediaan zat-zat makanan untuk janin yang sedang tumbuh dapat menyebabkan abortus. Anemia yang berat, penyakit menahun dan lain-lain akan mempengaruhi gizi penderita.
c)      Penyakit infeksi
Penyakit infeksi menahun yang dapat menjadi sebab kegagalan kehamilan ialah luwes. Disebut pula mikoplasma hominis yang ditemukan di serviks uteri, vagina dan uretra. Penyakit infeksi akut dapat menyebabkan abortus yang berturut-turut.
d)     Kelainan imunologik
Inkomtabilitas golongan darah A, B, O, dengan reaksi antigen-antibodi dapat menyebabkan abortus berulang, karena pelepasan histamin mengakibatkan vasodilatasi dan peningkatan fragilitas kapiler. Inkomtabilitas karena Rh faktor dapat menyebabkan abortus berulang, tetapi hal itu biasanya menyebabkan gangguan pada kehamilan diatas 28 minggu.
e)      Faktor psikologis
Yang peka terhadap terjadinya abortus ialah wanita yang belum matang secara emosional dan sangat mengkhawatirkan risiko kehamilan; begitu pula wanita yang sehari-hari bergaul dalam dunia pria dan menganggap kehamilan sebagai suatu beban yang berat.
Dalam hal-hal tersebut diatas, peranan dokter untuk menyelamatkan kehamilan sangat penting. Usaha-usaha dokter untuk mendapatkan kepercayaan pasien, dan menerangkan segala sesuatu kepadanya, sangat membantu.
·         Kelainan anatomik uterus menghalangi berkembangnya janin.
Kelainan bawaan dapat menjadi sebab abortus habitualis, antara lain hipoplasia uterus, subseptus uterus bikornis dan sebagainya. Akan tetapi pada kelainan bawaan seperti uterus bikornis, sebagian besar kehamilan dapat berlangsung terus dengan baik. Walaupun pada abortus habitualis perlu diselidiki dengan histerosalpingografi, apakah ada kelainan bawaan, perlu diperiksa pula apakah tidak ada sebab lain dari abortus habitualis, sebelum menganggap kelainan bawaan uterus tersebut sebaga sebabnya.
Diantara kelainan-kelainan yang timbul pada wanita dewasa terdapat laserasi serviks uteri yang luas, tumor uterus khususnya mioma, dan serviks uteri yang inkompeten. Pada laserasi yang cukup luas, bagian bawah uterus tidak dapat memberi perlindungan pada janin dan dapat menjadi abortus, biasanya pada inkompeten; pada kehamilan 14 minggu atau lebih ostium uteri internum perlahan-lahan membuka tanpa menimbulkan rasa nyeri dan ketuban mulai menonjol. Jika keadaan dibiarkan, ketuban pecah dan terjadi abortus. Mioma uteri, khususnya berjenis sub mukus, dapat mengganggu implantasi ovum yang dibuahi atau pertumbuhannya didalam cavum uteri. (Muchtar, 2002)

4.      Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam  decidua basalis, diikuti oleh terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing didalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal yang menyebabkan berbagai penyakit. Oleh karena itu, keguguran memberikan gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan, dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya, karena vili koreales belum menembus desidua terlalu dalam, sedangkan pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, telah masuk agak tinggi, karena plasenta tidak dikeluarkan secara utuh sehingga banyak terjadi perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas, yang umumnya bila  kantong ketuban pecah maka disusul dengan pengeluaran janin dan plasenta yang telah lengkap terbentuk. Perdarahan tidak banyak terjadi jika plasenta terlepas dengan lengkap.
      Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya:
·         Sedikit-sedikit dan berlangsung lama
·         Sekaligus dalam jumlah yang besar dapat disertai gumpalan
·         Akibat perdarahan tidak menimbulkan gangguan apapun; dapat menimbulkan syok, nadi meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis dan daerah ujung (akral) dingin.

Bentuk pengeluaran hasil konsepsi bervariasi:
1.      Umur kehamilan dibawah 14 minggu dimana plasenta belum terbentuk sempurna, dikeluarkan seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
2.      Diatas 16 minggu, dengan pembentukan plasenta sempurna dpat didahului dengan ketuban pecah diikuti pengeluaran hasil konsepsi, dan dilanjutkan dengan pengeluran plasenta berdasarkan proses persalinannya dahulu disebutkan persalinan immaturus.
3.      Hasil kosepsi tiak dikeluarkan lebih dari 6 minggu, sehingga terjadi ancaman baru dalam bentuk gangguan pembekuan darah.
Berbagai bentuk perubahan hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan dapat terjadi:
1.      Mola karnosa: hasil konsepsi menyerap darah, terjadi gumpalan seperti daging.
2.      Mola tuberosa: amnion berbenjol-benjol, karena terjadi hematoma antara amnion dan karion
3.   Fetus kompresus: janin mengalami mumifikasi, terjadi penyerapan kalsium, dan tertekan sampai gepeng.
4.      Fetus papiraseus: kompresi fetus berlangsung terus, terjadi penipisan, laksna kertas.
5.   Blighted ovum: hasil konsepsi yang dikeluarkan tidak mengandung janin, hanya benda kecil yang tidakberbentuk.
6.      Missed abortion: hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan lebih dari 6 minggu.


5.      Tanda dan Gejala
·         Tanda dan gejala pada abortus Imminen :
a.       Terdapat keterlambatan dating bulan
b.      Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules
c.       Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim
d.      Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim
e.       Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif
·         Tanda dan gejala pada abortus Insipien :
a.       Perdarahan lebih banyak
b.      Perut mules atau sakit lebih hebat
c.    Pada pemariksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis terbuka dan jaringan atau hasil konsepsi dapat diraba
·         Tanda dan gejala abortus Inkomplit :
a.       Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
b.      Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
c.       Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi
d.      Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma)
·          Tanda dan gejala abortus Kompletus :
a.       Uterus telah mengecil
b.      Uerdarahan sedikit
c.       Canalis servikalis telah tertutup
·         Tanda dan gejala Missed Abortion :
             a. Kehamilan menghilang, Uterus tidak membesar, Tes kehamilan negatif
             b. Mamae agak mengendur

6.      Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi  terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi  peristiwa ini, penderita pelu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.  Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persolan gawat karena perlukaan uterus  biasanya luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok.
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan infeksi berat (syok endoseptik).
5. Gagal ginjal akut
Gagal ginjal akut yang persisten pada kasus abortus biasanya berasal dari efek infeksi dan hipovolemik yang lebih dari satu. Bentuk syok bakterial yang sangat berat sering disertai dengan kerusakan ginjal intensif. Setiap kali terjadi infeksi klostridium yang disertai dengan komplikasi hemoglobenimia intensif, maka gagal ginjal pasti terjadi. Pada keadaan ini, harus sudah menyusun rencana untuk memulai dialysis yang efektif secara  dini sebelum gangguan metabolik menjadi berat. (Cunningham, 2005).

7.      Pencegahan
Yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut sebaiknya wanita berusia 30 atau 40 tahun yang merencanakan untuk hamil harus konsultasikan diri dulu ke dokter. Bagaimanapun, berikan konsentrasi penuh mengenai kehamilan di atas usia 35 tahun, diantaranya:
  1. Rencanakan kehamilan dengan konsultasi ke dokter sebelum pasti untuk kehamilan tersebut. Kondisi kesehatan, obat-obatan dan imunisasi dapat diketahui melalui langkah ini.
  2. Konsumsi multivitamin yang mengandung 400 mikrogram asam folat setiap hari sebelum hamil dan selama bulan pertama kehamilan untuk membantu mencegah gangguan pada saluran tuba.
  3. Konsumsi makanan-makanan yang bernutrisi secara bervariasi, termasuk makanan yang mengandung asam folat, seperti sereal, produk dari padi, sayuran hijau daun, buah jeruk, dan kacang-kacangan.
  4. Mulai kehamilan pada berat badan yang normal atau sehat (tidak terlalu kurus atau terlalu gemuk). Berhenti minum alkohol sebelum dan selama kehamilan.
  5. Jangan gunakan obat-obatan, kecuali obat anjuran dari dokter yang mengetahui bahwa si ibu sedang hamil. (Saleh, 2003)
Download Pathway Abortus Disini : Download
8.      Pemeriksaan Penunjang
1. Abortus iminens :
a. Jika janin baik, ditemukan tanda kehidupan janin, pulsasi jantung jelas.
b. Meragukan : kantong kehamilan masih utuh, pulsasi jantung janin belum jelas..
c. Jika janin tidak baik : janin mati, pulsasi tidak ditemukan.

2. Abortus insipiens :
Pemeriksaan dalam :
- Ostium uteri eksternum terbuka
- Buah kehamilan masih dalam rahim.
- Ketuban utuh, dapat menonjol.
3. Abortus inkomplit:
Pemeriksaan dalam :
– Ostium uteri eksternum terbuka.
– Teraba sisa jaringan buah kehamilan

4. Abortus tertunda :
Pemeriksaan penunjang :
- USG : terdapat tanda janin mati
- Laboratorium :
HB, trombosit, fibrinogen, waktu perdarahan, waktu pembekuan, waktu protombin.

5. Abortus febrilis/abortus infeksiosa :
Pemeriksaan dalam :
Ostium uteri umumnya terbuka dan teraba sisa jaringan, baik rahim maupun adneksa terasa nyeri pada perabaan, fluksus berbau.

9.      Penatalaksanaan
·         Persiapan Sebelum Tindakan
a)      Pasien
1)      cairan dan selang infus sudah terpasang, perut bawah dan lipat paha sudah dibersihkan dengan air dan sabun.
2)      Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi kardiopulmoner.
3)      Siapkan kain alas bokong dan penutup perut bawah.
4)      Medikamentosa
-          Analgetika (pethidin 1-2 mg/kg BB, ketamin HCI 0,5 mg/kg BB, tramadol 1-2 mg/kg BB)
-          Sedatifa (diazepan 10 mg)
-          Atropin sulfat 0,25-0,50 mg/kg
5)      Larutan antiseptik (povidon iodin 10%).
6)      Oksigen dengan regulator.
7)      Instrumen :
-          Cunam tampon: 1
-          Klem ovum (foersters/fenster clemp) lurus : 2
-          Sendok kuret pasca persalinan : 1
-          Spekulum sim’s atau L dan kateter karet : 2 dan 1
-          Tabung ml dan jarum suntik no 23 (sekali pakai) : 2


b)      Penolong (operator dan asisten)
1)      Baju kamar tindakan, apron, masker dan kacamata pelindung : 3 set
2)      Sarung tangan DTT/steril : 4 pasang
3)      Alas kaki (sepatu atau boot karet) : 3 pasang
4)      Instrumen :
-          Lampu sorot : 1
-          Mangkok logam : 2
-          Penampung udara dan jaringan : 1
·         Tindakan Umum :
a)      Instruksikan asisten untuk memberikan sedative dan analgetik.
b)      Bila penderita tidak berkemih, lakukan kateterisasi (lihat prosedur kateteresasi).
c)      Setelah kandung kemih  dikosongkan, lakukan pemeriksaan bimanual. Tentukan besar uterus dan bukaan serviks.
d)     Bersihkan dan lakukan dekontaminasi sarung tangan dengan larutan klorin 0,5%.
e)      Pakai sarung tangan DTT/steril yang baru.
f)       Pasang spekulum sim’s atau L, masukkan bilahnya secara vertikal kemudian putar ke bawah.
g)      Pasang spekulum sim’s berikutnya dengan jalan memasukkan bilahnya secara vertikal kemudian putar dan tarik ke atas sehingga porsio tampak dengan jelas.
h)      Minta asisten untuk memegang spekulum atas dan bawah, pertahankan pada posisinya semula.
i)        Dengan cunam tampon, ambil kapas yang telah dibasahi dengan larutan antiseptik, kemudian bersihkan lumen vagina dan poriso. Buang kapas tersebut dalam tempat sampah yang tersedia, kembalikan cunam ke tempat semula.
j)        Ambil klem ovum yang lurus, jepit bagian atas porsio (perbatasan antara kuadran atas kiri dan kanan atau pada jam 12).
k)      Setelah porsio terpegang baik, lepaskan spekulum atas.
l)        Pegang gagang cunam dengan tangan kiri, ambil sendok kuret pasca persalinan dengan tangan kanan, pegang diantara ibu jari dan telunjuk (gagang sendok berada pada telapak tangan), kemudian masukkan hingga menyentuh fundus.
m)    Minta asisten untuk memegang klem ovum, letakkan telapak tangan pada bagian atas fundus uteri (sehingga penolong dapat merasakan tersentuhnya fundus oleh ujung sendok kuret).
a.       Memasukkan lengkung sendok kuret sesuai engan lengkung cavum uteri kemudian laukan pengerokan dinding uterus bagian depan searah dengan jarum jam, secara sistematis.
b.      Masukkan ujung sendok sesuai dengan cavum lengkung uteri setelah sampai fundus, kemudian putar 180 derajat, lalau bersihkan dinding belakang uterus. Kemudian keluarkan jaringan yang ada.
n)      Kembalikan sendok kuret ke tempat semula, gagang klem ovum dipegang kembali oleh operator.
o)      Ambil kapas (dibasahi larutan antiseptik) dengan cunam tampon, bersihkan darah dan jaringan pada lumen vagina.
p)      Lepaskan jepitan klem ovum pada porsio.
q)      Lepaskan spekulum bawah.
r)       Lepaskan kain penutup perut bawah, alas bokong dan sarung kaki masukkan ke dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5%.
·         Dekontaminasi
·         Cuci Tangan Sebelum Pasca tindakan
·         Perawatan Pasca tindakan

·         Tindakan Tipe Abortus :
a)      Missed Abortion : Mengeluarkan hasil konsepsi, Pada kehamilan sebelum 12 minggu dilakukan pembukaan serviks uteri dengan memasukkan laminaria selama kira – kira 12 jam dengan kanalis servikalis, kemudian diperbesar dengan busi hegar sampai cunam ovum atau jari dapat masuk ke dalam catum uteri. Jika kebesaran uteri melebihi 12 minggu pengeluaran hasil konsepsi yang diusahakan dengan infus oksitoksin dosis cukup tinggi. Dosis oksitosin dapat dimulai dengan 12 tetes/menit dari cairan 500 ml glucose 5% dengan 10 satuan oksitosin, dosis ini dapat dinaikkan sampai ada kontraksi
b)      Abortus iminen : Istirahat total dan tidak melakukan coitus sampai perdarahan selesai, meningkatkan aliran darah ke rahim, mengurangi rangsangan mekanis
-          Obat : Penenang                           : fenobarbital 3 x 30mg, valium
Anti perdarahan               : Adona, transamin
Vitamin B komplek
Hormone progesteron
Penguat plasenta              : gestianon, duphaston
Anti Kontraksirahim        : duvadilon, papaverin
c)      Abortus komplitus : Bila pasien baik berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 – 5 hari. Bila kondisi pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi. Anjurkan pasien diet Tinggi protein, vitamin dan mineral. Apabila terdapat anemia sedang berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari selama 2 minggu. Jika anemia berat transfusi darah. Konseling asuhan keperawatan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
d)     Abortus Insipiens : Jika usia kurang dari 16 minggu lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum manual. jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :
- Berikan ergometrin 0,2mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400mg / oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
- Segera laukan persiapan pengeluaran hasil konsepsi uterus.
Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa konsepsi, jika perlu lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intra vena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes / menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.

10.  Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien, adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a. Biodata :
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat.

b. Keluhan utama :
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang.

c. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
Riwayat kesehatan masa lalu.

Riwayat pembedahan, kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.

d. Riwayat penyakit yang pernah dialami :
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.

e. Riwayat kesehatan keluarga :
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.

f. Riwayat kesehatan reproduksi :
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.

g. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas :
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.

h. Riwayat seksual :
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluhan yang menyertainya.

i. Riwayat pemakaian obat :
Kaji riwayat pemakaian oba t- obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.

j. Pola aktivitas sehari-hari :
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

11.  Diagnosa Keperawatan
1.      Devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan masif
2.      Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus yang berlebihan
3.      Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya distribusi darah ke seluruh tubuh.
4.      Resti infeksi berhubungan dengan tindakan invasif
5.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kecemasan


12.  Perencanaan Keperawatan
Dx.
Tujuan
Intervensi
Rasional
1.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam kebutuhan cairan terpenuhi dengan
Kriteria Hasil :
·         Menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikkan dengan haluaran urine adekuat dengan berat jenis normal 3 – 5 ml/ jam
·         Tanda vital stabil
·         Turgor kulit kembali normal dapat balik kembali dalam dan delik
·         Mukosa mulut: lembab.
·         Turgor kulit: elastis
·         Pengisian kapiler cepat

Mandiri:
·         Pantau suhu dan turgor kulit, membrane mukosa, tekanan darah, suhu, masukan/ haluaran dan berat jenis urin. Timbang berat badan klien dengan standar.


·         Awasi tanda vital, bandingkan dengan hasil normal pasien / sebelumnya. ukur TD dengan posisi duduk, berbaring, berdiri bila mungkin







·       Tentukan adanya/ frekuensi mual berlebihan atau menetap muntah.









·    Pantau hal-hal yang meningkatkan mual dan muntah. Misalnya bau-bauan yang terlalu, makanan yang terlalu asin atau manis.
·         Pantau hal-hal yang menurunkan mual dan muntah missal makanan diberikan waktu hangat, suasana yang menyenangkan.

·         Libatkan keluarga:
·   Menghadirkan suami dan keluarga terdekat klien ketika klien dirawat
·      Keluarga/suami berusaha meyakinkan klien bahwa klien tidak perlu cemas menghadapi kehamilannya.
Kolaborasi:
·         Berikan cairan elektrolit glukosa atau vitamin secara parentera/ sesuai indikasi.







·         Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi. peningkatan kadar hormone gonadotropin krionik (HCG), perubahan metabolisme KH, dan penurunan mortilitas gaftrik memperberat mual dan muntah pada trimester pertama.
·         Perubahan TD dan nadi dapat digunakan untuk perkiraan kasar kehilangan darah (mis. TD <90 data-blogger-escaped-mmhg="" data-blogger-escaped-nadi="">110 diduga 25% penurunan volume atau kurang lebih 1000 ml). Hipotensi postural menunjukkan penurunan volume cairan

·         Membantu dalam menentukan adanya muntah yang tidak dapat dikontrol (hiperemesis gravidarum) pada awalnya muntah dapat mengakibatkan alkalosis, dehidrasi dan ketidak seimbangan elektrolit. Muntah yang tidak dapat diatasi atau yang berat dapat menimbulkan asidosis, memerlukan intervensi lanjut.
·         Menurunkan faktor penyebab terjadinya mual muntah


·         Meningkatkan kenyamanan dan selera makan.





·           Menurunkan rasa cemas.








·     Membantu dalam meminimalkan mual/ muntah dan menurunkan keasaman jambung muntah yang sering (hiperemesis gravidarum) mengakibatkan bilirubin dan mengetahui frekuensi muntah, memudahkan kita melakukan tindakan tang lebih lanjut.



2.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 X 24 jam diharapkan klien dapat mengontrol nyeri yang dibuktikan dengan
Kriteria hasil :
§  Klien menyatakan nyeri hilang/ terkontrol
§  Ekspresi wajah tidak menunjukkan rasa menahan sakit
§  Kualitas nyeri menunjukkan skala 0-3
§  Perilaku relaksasi
§  TD  120/80 – 130/90 mmHg
§  Nadi 90x/ menit
§  Pola nafas efektif 24x/ menit
§  Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan dan intervensi yang tepat


§  Evaluasi tekanan darah (TD) dan nadi. Perhatikan perubahan perilaku (bedakan antara kegelisahan karena nyeri atau kehilangan darah akibat dari proses pembedahan.
§  Ubah posisi klien senyaman mungkin dan berikan teknik pernafasan dan relaksasi dan distraksi (rangsangan jaringan kutan)


§ Palpasi kandung kemih, perhatikan adanya rasa penuh, memudahkan berkemih periodic setelah pengangkatan kateter indwelling.

§  Anjurkan penggunaan dengan penyokong.



§  Lakukan latihan nafas dalam, spirometri intensif dan batuk dengan menggunakan prosedur-prosedur tepat, 30 menit setelah pemberian analgesic.






§  Meningkatan pemecahan masalah, membantu mengurangi nyeri berkenaan dengan ansietas dan ketakutan karena ketidaktahuan dan memberikan rasa control.
§  Pada banyak klien menyebabkan gelisah




§  Merilekskan otot dan mengalihkan perhatian dari sensasi nyeri, meningkatkan kjetidaknyaman dan menurunkan distraksi tidak menyenangkan, meningkatkan rasa ketidaksejahteraan.
§  Kembalinya kandung kemih normal memerlukan 4-7 hari dan over distena kandung kemih menciptakan peranan dorongan dan ketidaknyamanan.
§  Mengangkat payudara kedalam dan keatas mengakibatkan posisi lebih nyaman dan menurunkan kelelahan otot.
§  Napas dalam meningkatkan upaya pernafasan, pembebatan menurunkan regangan area insisi dan mengurangi nyeri dan ketidaknyaman berkenaan dengan gerakan otot abdomen, baruk diindikasikan bila sekresi atau ronki terdengar.





3.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan klien dapat
menunjukkan perfusi aekuat
dengan Kriteria Hasil :
·         Tanda vital stabil
·         Nadi teraba
·         Pengisian kapiler baik
·         Mental  biasa
·         Keluaran urin adekuat secara individual
·         Bebas edema.
·         Pantau tanda vital; palpasi nadi perifer dan perhatikan pengisian kapiler;kaji keluaran atau karakteristik urine, evaluasi perubahan mental.
·         Inspeksi balutan dan pembalut prineal, perhatikan warna, jumlah dan bau drainase. Timbang pembalut dan bandingkan dengan berat yang kering, bila pasien mengalami perdarahan hebat.

·         Ubah posisi pasien dan dorong batuk sering dan latihan nafas dalam.
·         Hindari posisi fowler tinggi dan tekanan di bawah lutut atau menyilangkan kaki.


·         Bantu/instruksikan latiha kaki dan telapak dan ambulas sesegera mungkin.
·         Periksa tanda hormo. Perhatikan eritema, pembengkakan ekstremitas, atau keluhan nyeri dad tiba-tiba pada dispnea.
Kolaborasi
·         Berikan cairan IV, produk drah sesuai indiaksi.


·         Pakaikan stoking anti emboli.


·         Bantu/dorong penggunaan spirometri insentif.
·         indikaror keadekuatan perfusi sistematik. Kebujtuhan caran/ darah, dan terjadinya komplikasi.

·         Memperkirakan pembuluh darah besar untuk sisi operasi dan potensial perubahan mekanisme pembengkakan (contoh; kanker) meningkatkan resiko perdarahan pasca operasi.

·         Mencegah statis sekresi dan komplikasi perdarahan.

·         Menimbulkan stasis vena dengan meningkatkan kongesti pelvik dan pengumpulan darah dalam eksremitas potensial resiko pembentukan trombosit.
·         Geraka meningkatkan sirkulasi dan mencegah komplikasi statis.
·         Mungkin indiksi terjadinya tromboflebitis/emboli paru.




·         Menggantikan kehilangan darh mempertahankan volume darah sirkulasi dan perfusi jaringan.
·         Membantu aliran balik vena, menurunkan statis dan resiko trombosit.
·         Meningkatkan ekspensi paru/meminimalkan atelektasis.
4.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan klien dapat menerapkan teknik kontrol infeksi yang dibuktikan dengan Kriteria hasil:
§  Suhu 37° C
§  Poal nafas efektif 24x/ menit
§  Tidak terdapat nyeri tekan
§  Luka bekas dari drainase dengan tanda awal penyembuhan
§  Tidak terdapat kemerahan
§  Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan dengan cermat dan pembuangan pangalas kotoran pembakut parineal dan linen terkontaminasi dengan tepat
§  Tinjau ulang Hb/Ht prenatal: perhatikan adanya kondisi yang mempredisposisikan klien pada infeksi pasca operasi



§  Infeksi balutan abdominal terhadap eksudat/ rembesan. Lepaskan balutans sesuai indikasi





§  Dorong dan masukan cairan oral dan diet tinggi protein, Vit C dan besi





§  Pantau suhu, nadi, dan jumlah sel darah putih





§  Pantau lokasi dan kontraktivitas uterus, perhatikan perubahan involusi/ adanya nyeri tekan uterus yang ekstrim








Kolaborasi:
§  Berikan infuse antibiotic profilaksi dengan detil pertama biasanya diberikan segera setelah pengekleman tali pusat dan 2 dosis lagi masing-masing berjarak 6 jam.
§  Dapatkan kultur darah, vagina dan urin bila infeksi dicurigai




§  Berikan antibiotic khusus untuk untuk proses infeksi yang diidentifikasi.
§  Membantu mencegah/ mengatasi penyebaran infeksi




§  Anemia, diabetes dan persalinan yang lama (khususnya pada pecah ketuban) sebelum kelahiran sesarea meningkatkan resiko infeksi dan pelambatan penyembuhan.
§  Balutan steril menutupi luka pada 24 jam pasca kelahiran sesarea membantu melindungi luka dari cidera/ kontaminasi, rembesan dapat mendapatkan hemetoma, gangguan penyatuan jahitan/ dehisens luka memerlukan intervensi lanjut.
§  Mencegah dehidrasi memaksimalkan volume sirkulasi dan aliran urine. Protein dan vitamin C diperlukan untuk pembentukan kolagen, besi diperlukan untuk sintesis HB

§  Dalam pasca operasi hari ke-3 leukositas dan takikardia menunjukkan infeksi, peningkatan suhu sampai 38°C dalam 24 jam pertama sangat mengindikasikam infeksi.
§  Setelah kelahiran sesarea fundus tetap pada ketinggian umbilicus selama sampai 5 hari, bila involusi mulai disertai dengan peningkatan aliran lokia. Perlambatan involusi meningkatkan resiko endometritis. Perkembangan nyeri tekan ekstrim menandakan kemungkinan jaringan plasenta tertahan/ infeksi
.
§  Menurunkan kemungkinan endometritis pasca partum sesuai komplikasi seperti obsess insisi/ tromboflekbitis pelvis.

§  Bakterinus lebih sering pada klien yang mengalami pecah ketuban selama 6 jam/ lebih lama daripada klien yang ketubannya tetap utuh sebelum melahirkan sesarea
§  Perlu untuk mematikan organisme.
5.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan klien dapat mengatasi ansietas yang dibuktikan dengan Kriteria hasil :
§  Klien mengungkapkan rasa takut dari masalah
§  Klien mengungkapkan rasa ansietas berkurang
§  Menggunakan mekanisme koping yang tepat.
§  Menunjukkan TTV normal
§  Pantau respon psikologis kejadian dan ketersediaan system pendukung.
§  Tetap bersama klien dan tetap bicara perlahan, tunjukkan empati.

§  Beri penguatan aspek positif dari ibu




§  Anjurkan klien atau pasangan mengungkapkan dan mengekspresikan perasaan


§  Dukung atau arahkan kembali mekanisme koping yang diekspresikan


§  Berikan masa privasi, kurangi rangsang lingkungan.


§  Makin klien mengatakan ancaman makin besar tingkat ansietas
§  Membantu membatasi transmisi ansietas interpersonal dan mendemonstrasikan perhatian terhadap klien.
§  Memfokuskan pada kemungkinan keberhasilan hasil akhir dan membantu membawa ancaman yang dirasakan.

§  Membantu mengidentifikasi perasaan atau masalah negative dan memberikan kesempatan untuk mengatasi perasaan berduka
§  Mendukung mekanisme koping dasar otomatik, meningkatkan kepercayaan diri dan penerimaan menurunkan ansietas.
§  Memungkinkan kesempatan bagi klien/ pasangan untuk menginternalisasi informasi, menyusun sumber-sumber dan mengatasi dengan efektik.


DAFTAR PUSTAKA

Didik Tjindarbumi, Dkk. 2001.  Pencegahan, Diagnosis Dini, Dan Pengobatan Penyakit Kanker. Yayasan Kanker Indonesia : Jakarta.

Doengoes, M. Rencana Perawatan Maternitas / Bayi, Egc : Jakarta. 2001.

Suzanne C. Smeltzer. Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &amp; Suddarth. Edisi 8. Jakarta : Egc.
http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/09/asuhan-keperawatan-abortus.html Diakses tanggal 30 September 2013 Pada Jam 18.30 WIB

Download Materi Makalah Abortus Disini : Download



















Isi alamat email anda di bawah ini lalu klik langganan dan anda akan otomatis menerima email update terbaru artikel dari saya gratis, Trima Kasih !