Reproduksi merupakan sebagian dari kebutuhan manusia. Aktifitas reproduksi
merupakan puncak kenikmatan hajat dasar yang diawali oleh munculnya nafsu seks.
Pada proses reproduksi Allah memberikan aturan tegas bagaimana cara memenuhinya.
Ada yang halal
dan ada pula yang dilarang.
A. PERKEMBANGAN SEKSUAL
Perkembangan seksual dipengaruhi oleh hormon seks.yaitu:testosteron pada pria
dan estrogen pada wanita.
Pada wanita tanda perkembangan seksual ialah perkembangan payudara,tumbuhnya
rambut daerah pubis, menstruasi, panggul melebar, dan suara feminin.
Pada pria perkembangan seksual ialah perbesaran alat kelamin, tumbuh kumis,
suara membesar, dan terjadinya nocturnal ejaculation yaitu keluarnya
sperma saat tidur . Dan didahului oleh mimpi erotik yang disebut mimpi basah.
B. PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL
Meliputi perkembangan secara biologis dan fisiologis, Hal ini harus disertai
oleh perkembangan psikoseksual, agar kehidupan seksual menjadi normal.
C. PENGERTIAN SEKS
C.1 Seks Bukan Barang Tabu
Seks bukanlah barang yang tabu untuk dibicarakan namun karena kultur malu
bangsa ini tentang perbincangan seks, maka sejumlah ajaran Islam tentang seks
tidak tersampaikan pada umat.
Membicarakan hukum dan etika seks secara lugas dan gamblang adalah ibadah,
karena termasuk tafaqquh fiddin. Hal ini bertujuan menghilangkan ketidakjelasan
mitos dan kesalahpahaman masalah seksual.
C.2 SEKS MERUPAKAN FITRAH
Setiap manusia dewasa normal pasti memiliki nafsu seks, yang harus disalurkan
secara halal dan sehat. Maka Islam menganjurkan menikah bagi yang sudah mampu,
dan berpuasa bagi yang belum.
Sabda Rasulullah SAW: Aku adalah orang yang paling mengenal Allah dan orang
yang paling takut kepada-Nya. Tetapi aku tetap melakukan sholat malam dan
tidur, berpuasa dan berbuka, dan aku juga menikahi wanita,maka barangsiapa
membenci sunahku, bukanlah ia dari golonganku.
C.3Seks Merupakan Ibadah
“Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah mengabdi dan
menyembah. (QS.Adz-Zariyat:56)
Menurut Salim Segaf. Aktifitas seks bernilai ibadah apabila dilakukan dengan
niat, motivasi dan cara yang sesuai dengan ajaran agama.
C.4 Seks itu Rekreasi
Seks merupakan sarana untuk mencari kenikmatan dan bersenang-senang dengan
pasangan yang sah.
D. MACAM-MACAM PERILAKU SEKS
1.Masturbasi
Merupakan suatu cara
mencapai kepuasan seksual dengan cara merangsang diri sendiri. Hal ini memiliki
efek psikologi yang buruk. Karena dengan melakukannya orang akan lebih memilh
melakukan masturbasi daripada menikah. Dan sesungguhnya masturbasi merupakan
hal yang dilarang oleh Islam. Allah berfirman: Barangsiapa yang mencari dibalik
itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” (QS.23:7)
2. Mimpi Erotik
Pada waktu tidur remaja sering bermimpi mengenai hal yang dapat membangkitkan
nafsu seks.Mimpi tersebut disertai dengan orgasme, dan pada pria normal
disertai ejakulasi.Hal ini merupakan sesuatu yang normal dialami oleh remaja
yang telah akil baligh.
3.Hubungan Seksual
Hubungan
seksual yang benar menurut Islam ialah yang dilakukan dalam ikatan perkaiwinan
yang sah. Sedangkan bila dilakukan diluar nikah maka disebut zina.(QS.
Al-Israa:23)
4.Penyimpangan perilaku seksual
4.1Homoseksual/ Lesbian
Digunakan untuk menyatakan seseorang yang secara seksual tertarik kepada orang
lain dengan jenis kelamin sama.
4.2 Oral seks
Merupakan perilaku seks dengan cara memasukan alat kelamin laki-laki kedalam
mulut pasangannya. Oral seks tidak dibenarkan dan dilarang oleh syariah.
4.3 Sodomi
Merupakan hubungan seksualyang dilakukan melalui dubur, hubungan semacam ini
berbahaya karenakarena dubur tidak memiliki pelumas sehingga dapat menimbulkan excoriativum
atau perlecetan. Selain itu dubur juga merupakan tempat pembuangan kotoran.
E. AKIBAT
PENYIMPANGAN PERILAKU SEKSUAL DAN HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH
1.penyakit menular seksual
hubungan seksual pranikah, akan memicu terjadinya multipartner. Dan karena
belum ada pasangan tetap maka akan cenderung berganti-ganti pasangan. Keadaan
ini akan memperparah terjadinya penyakit menular seksual seperti gonorhoe
siphilis maupun AIDS. PMS sering berakhir dengan penyakit komplikasi seperti
kemandulan atau infertilitas.
2.AIDS
merupakan kumpulan gejala akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh. Diakibatkan
oleh serangan virus HIV. Penyakit ini timbul karena sering berganti pasangan
seksual. Juga dapat melalui transfusi darah, jarum suntik, luka, maupun
penularan dari ibu ke bayi.
3. kanker leher rahim
Pada usia remaja maturitas sel-sel epitel mulut rahim belum cukup sehingga
adanya rangsangan seksual akan memacu pada keganasan leher rahim. Beberapa
faktor resiko terjadinya kanker leher rahim adalah kawin usia muda, ganti-ganti
pasangan seksual dan kebersihan seksual yang kurang.
4. kehamilan yang tidak dikehendaki dan abortus
provokatus kriminalis
Dampak langsung akibat hubungan seksual pranikah adalah timbulnya kehamilan
yang tidak dikehendaki danupaya melakukan abortus ilegal yang dapat berakhir
dengan pendarahan, infeksi dan kematian.
Karakteristik Seksual Remaja
Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang
berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan
perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan.
Karakter seksual masing-masing jenis kelamin memiliki spesifikasi yang berbeda
hal ini seperti yang pendapat berikut ini : Sexual characteristics are
divided into two types. Primary sexual characteristics are directly related to
reproduction and include the sex organs (genitalia). Secondary sexual
characteristics are attributes other than the sex organs that generally
distinguish one sex from the other but are not essential to reproduction, such
as the larger breasts characteristic of women and the facial hair and deeper
voices characteristic of men (Microsoft Encarta Encyclopedia 2002)
Pendapat tersebut seiring dengan pendapat
Hurlock (1991), seorang ahli psikologi perkembangan, yang mengemukakan
tanda-tanda kelamin sekunder yang penting pada laki-laki dan perempuan. Menurut
Hurlock, pada remaja putra : tumbuh rambut kemaluan, kulit menjadi kasar,
otot bertambah besar dan kuat, suara membesar dan lain,lain. Sedangkan pada
remaja putri : pinggul melebar, payudara mulai tumbuh, tumbuh rambut kemaluan,
mulai mengalami haid, dan lain-lain.
Seiring dengan pertumbuhan primer dan sekunder pada
remaja ke arah kematangan yang sempurna, muncul juga hasrat dan dorongan untuk
menyalurkan keinginan seksualnya. Hal tersebut merupakan suatu yang wajar
karena secara alamiah dorongan seksual ini memang harus terjadi untuk
menyalurkan kasih sayang antara dua insan, sebagai fungsi pengembangbiakan dan
mempertahankan keturunan.
Perilaku Seksual
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong
oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk
tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga
tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama. Obyek seksual dapat berupa
orang, baik sejenis maupun lawan jenis, orang dalam khayalan atau diri sendiri.
Sebagian tingkah laku ini memang tidak memiliki dampak, terutama bila tidak
menimbulkan dampak fisik bagi orang yang bersangkutan atau lingkungan sosial.
Tetapi sebagian perilaku seksual (yang dilakukan sebelum waktunya) justru dapat
memiliki dampak psikologis yang sangat serius, seperti rasa bersalah, depresi,
marah, dan agresi.
Sementara akibat psikososial yang timbul akibat perilaku
seksual antara lain adalah ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial
yang tiba-tiba berubah, misalnya pada kasus remaja yang hamil di luar nikah. Belum
lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut.
Selain itu resiko yang lain adalah terganggunya kesehatan yang bersangkutan,
resiko kelainan janin dan tingkat kematian bayi yang tinggi. Disamping itu
tingkat putus sekolah remaja hamil juga sangat tinggi, hal ini disebabkan rasa
malu remaja dan penolakan sekolah menerima kenyataan adanya murid yang hamil
diluar nikah. Masalah ekonomi juga akan membuat permasalahan ini menjadi
semakin rumit dan kompleks.
Berbagai perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya
untuk melakukan hubungan seksual secara wajar antara lain dikenal sebagai :
Masturbasi atau onani yaitu
suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat genital dalam rangka
menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang seringkali
menimbulkan goncangan pribadi dan emosi.
Berpacaran dengan berbagai
perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan, pegangan tangan sampai pada
ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk
menikmati dan memuaskan dorongan seksual.
Berbagai kegiatan yang
mengarah pada pemuasan dorongan seksual yang pada dasarnya menunjukan tidak
berhasilnya seseorang dalam mengendalikannya atau kegagalan untuk mengalihkan
dorongan tersebut ke kegiatan lain yang sebenarnya masih dapat dikerjakan.
Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual
selalu muncul pada remaja, oleh karena itu bila tidak ada penyaluran yang
sesuai (menikah) maka harus dilakukan usaha untuk memberi pengertian dan pengetahuan
mengenai hal tersebut.
Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dalam
munculnya permasalahan seksual pada remaja, menurut Sarlito W. Sarwono
(Psikologi Remaja,1994) adalah sebagai berikut :
Perubahan-perubahan hormonal
yang meningkatkan hasrat seksual remaja. Peningkatan hormon ini menyebabkan
remaja membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu
Penyaluran tersebut tidak
dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara
hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan, maupun karena norma
sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat
untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lain-lain)
Norma-norma agama yang
berlaku, dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum
menikah. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecenderungan
untuk melanggar hal-hal tersebut.
Kecenderungan pelanggaran
makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui media
masa yang dengan teknologi yang canggih (cth: VCD, buku stensilan, Photo,
majalah, internet, dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang
dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa dilihat atau
didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui
masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya.
Orangtua sendiri, baik karena
ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan
mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan
cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.
Adanya kecenderungan yang
makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat
berkembangnya peran dan pendidikan wanita, sehingga kedudukan wanita semakin
sejajar dengan pria.
Pendidikan Seksual
Menurut Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja (1994),
secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan
seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya
pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual,
dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan
seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di
masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya
tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.
Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau
pendidikan yang dapat menolong muda-mudi untuk menghadapi masalah hidup yang
bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual ini
bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan
seksualitas dalam bentuk yang wajar. Menurut Singgih, D. Gunarsa, penyampaian
materi pendidikan seksual ini seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah
mulai bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan orang lain,
berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan dan umur anak serta
daya tangkap anak ( dalam Psikologi praktis, anak, remaja dan keluarga, 1991).
Dalam hal ini pendidikan seksual idealnya diberikan pertama kali oleh orangtua
di rumah, mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah orangtuanya sendiri.
Tetapi sayangnya di Indonesia tidak semua orangtua mau terbuka terhadap anak di
dalam membicarakan permasalahan seksual. Selain itu tingkat sosial ekonomi
maupun tingkat pendidikan yang heterogen di Indonesia menyebabkan ada orang tua
yang mau dan mampu memberikan penerangan tentang seks tetapi lebih banyak yang
tidak mampu dan tidak memahami permasalahan tersebut. Dalam hal ini maka
sebenarnya peran dunia pendidikan sangatlah besar.
Tujuan
Pendidikan Seksual
Menurut Kartono Mohamad pendidikan seksual yang
baik mempunyai tujuan membina keluarga dan menjadi orang tua yang
bertanggungjawab (dalam Diskusi Panel Islam Dan Pendidikan Seks Bagi Remaja,
1991). Beberapa ahli mengatakan pendidikan seksual yang baik harus dilengkapi
dengan pendidikan etika, pendidikan tentang hubungan antar sesama manusia baik
dalam hubungan keluarga maupun di dalam masyarakat. Juga dikatakan bahwa tujuan
dari pendidikan seksual adalah bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan
ingin mencoba hubungan seksual antara remaja, tetapi ingin menyiapkan agar
remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa
mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan mental dan
material seseorang. Selain itu pendidikan seksual juga bertujuan untuk memberikan
pengetahuan dan mendidik anak agar berperilaku yang baik dalam hal seksual,
sesuai dengan norma agama, sosial dan kesusilaan (Tirto Husodo, Seksualitet
dalam mengenal dunia remaja, 1987)
Penjabaran tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap
sebagai berikut :
·
Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan
fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah
seksual pada remaja.
·
Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan
perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggungjawab)
·
Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap
seks dalam semua manifestasi yang bervariasi
·
Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat
membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.
·
Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang
esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan
berhubungan dengan perilaku seksual.
·
Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan
seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat
mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.
·
Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual
yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan.
·
Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu
melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran,
misalnya sebagai istri atau suami, orang tua, anggota masyarakat.
Penyebab Perilaku Seks Bebas
Menurut beberapa penelitian, cukup banyak faktor penyebab remaja melakukan perilaku seks bebas. Salah satu di antaranya adalah akibat atau pengaruh mengonsumsi berbagai tontonan. Apa yang ABG tonton, berkorelasi secara positif dan signifikan dalam membentuk perilaku mereka, terutama tayangan film dan sinetron, baik film yang ditonton di layar kaca maupun film yang ditonton di layar lebar.
Disyukuri memang karena ada kecenderungan dunia perfilman
Menurut hemat saya, film-film yang disebutkan tadi laris di pasaran bukan karena mutu pembuatan filmnya akan tetapi lebih karena film tersebut menjual kehidupan remaja, bahkan sangat mengeksploitasi kehidupan remaja. Film tersebut diminati oleh banyak remaja ABG bukan karena mutu cinematografinya, melainkan karena alur cerita film tersebut mengangkat sisi kehidupan percintaan remaja masa kini. Film tersebut diminati remaja ABG, karena banyak mempertontonkan adegan-adegan syur dengan membawa pesan-pesan gaya pacaran yang sangat “berani”, dan secara terang-terangan melanggar norma sosial kemasyarakatan, apalagi norma agama.
Sebagai pendidik, saya sulit dan amat sulit memahami apa sesungguhnya misi yang ingin disampaikan oleh film tersebut terhadap penontonnya. Bukan saja karena tidak menggambarkan keadaan sebenarnya yang mayoritas remaja bangsa
Hal kedua yang menjadi penyebab seks bebas di kalangan remaja adalah faktor lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan pergaulan. Lingkungan keluarga yang dimaksud adalah cukup tidaknya pendidikan agama yang diberikan orangtua terhadap anaknya. Cukup tidaknya kasih sayang dan perhatian yang diperoleh sang anak dari keluarganya. Cukup tidaknya keteladanan yang diterima sang anak dari orangtuanya, dan lain sebagainya yang menjadi hak anak dari orangtuanya. Jika tidak, maka anak akan mencari tempat pelarian di jalan-jalan serta di tempat-tempat yang tidak mendidik mereka. Anak akan dibesarkan di lingkungan yang tidak sehat bagi pertumbuhan jiwanya. Anak akan tumbuh di lingkungan pergaulan bebas.
Dalam lingkungan pergaulan remaja ABG, ada istilah yang kesannya lebih mengarah kepada hal negatif ketimbang hal yang positif, yaitu istilah “Anak Gaul”. Istilah ini menjadi sebuah ikon bagi dunia remaja masa kini yang ditandai dengan nongkrong di kafe, mondar-mandir di mal, memahami istilah bokul,
Sebaliknya mereka yang tidak mengetahui dan tidak tertarik dengan hal yang disebutkan tadi, akan dinilai sebagai remaja yang tidak gaul dan kampungan. Akibatnya, remaja anak gaul inilah yang biasanya menjadi korban dari pergaulan bebas, di antaranya terjebak dalam perilaku seks bebas.
Melihat fenomena ini, apa yang harus kita lakukan dalam upaya menyelamatkan generasi muda?
Kedua, orangtua sebagai penanggung jawab utama terhadap kemuliaan perilaku anak, harus menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dalam keluarganya. Kondisi rumah tangga harus dibenahi sedemikian rupa supaya anak betah dan kerasan di rumah.
Berikut petunjuk-petunjuk praktis yang diberikan Stanley Coopersmith (peneliti pendidikan anak), kepada orangtua dalam mendidik dan membina anak. Pertama, kembangkan komunikasi dengan anak yang bersifat suportif. Komunikasi ini ditandai lima kualitas; openness, empathy, supportiveness, positivenes, dan equality. Kedua, tunjukkanlah penghargaan secara terbuka. Hindari kritik. Jika terpaksa, kritik itu harus disampaikan tanpa mempermalukan anak dan harus ditunjang dengan argumentasi yang masuk akal.
Ketiga, latihlah anak-anak untuk mengekspresikan dirinya. Orangtua harus membiasakan diri bernegosiasi dengan anak-anaknya tentang ekspektasi perilaku dari kedua belah pihak. Keempat, ketahuilah bahwa walaupun saran-saran di sini berkenaan dengan pengembangan harga diri, semuanya mempunyai kaitan erat dengan pengembangan intelektual. Proses belajar biasa efektif dalam lingkungan yang mengembangkan harga diri. Intinya, hanya apabila harga diri anak-anak dihargai, potensi intelektual dan kemandirian mereka dapat dikembangkan.
Selain petunjuk yang diberikan Stanley di atas, keteladanan orangtua juga merupakan faktor penting dalam menyelamatkan moral anak. Orangtua yang gagal memberikan teladan yang baik kepada anaknya, umumnya akan menjumpai anaknya dalam kemerosotan moral dalam berperilaku.
Melihat fenomena ini, sepertinya misi menyelamatkan moral serta memperbaiki perilaku generasi muda harus segera dilakukan dan misi ini menjadi tanggung jawab bersama, tanggung jawab dari seluruh elemen bangsa. Jika misi ini ditunda, maka semakin banyak generasi muda yang menjadi korban dan tidak menutup kemungkinan kita akan kehilangan generasi penerus bangsa.
No comments:
Post a Comment